Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Candi Kalasan Tempo Dulu

 

Bangunan Candi Kalasan tempo dulu


Candi Kalasan, yang juga dikenal dengan nama Candi Kalibening, terletak di sebelah kanan jalan pada kilometer 13 dari jalur Yogyakarta-Surakarta. Raja Panangkaran, yang merupakan raja kedua dari kerajaan Mataram Hindu, diperkirakan sebagai pembangun candi tersebut. Pembangunan Candi Kalasan sangat berkaitan dengan prasasti Kalasan, yang ditulis dalam huruf pranagari, menggunakan bahasa Sansekerta, dan bertanggal tahun 778 Masehi (Soetarno, 2002:41). Isi dari prasasti tersebut menginformasikan bahwa para guru dari raja, yang disebut "mustika keluarga Sailendra" (Sailendrawamasatilaka), telah berhasil membujuk Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (juga disebut Kariyana Panangkaran dalam prasasti) untuk membangun sebuah bangunan suci untuk Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta dalam kerajaan keluarga Sailendra. Setelah itu, Panangkaran memberikan desa Kalasan kepada sanggha.

Potret Candi Kalasan di tengah sawah

Soetarno (2002), dalam bukunya, menjelaskan bahwa pada pertengahan abad ke-9, kedua wangsa, yakni Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra, bersatu melalui pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani, putri raja dari keluarga Sailendra. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keluarga Sailendra memegang kendali atas Jawa Tengah selama sekitar satu abad (700M-850M). Di bawah pemerintahan mereka, banyak candi dibangun untuk menghormati agama Buddha. Sebagai contoh, kita telah mengenal Candi Kalasan yang dibangun untuk memuja Dewi Tara, sesuai dengan prasasti tahun 778.

Candi Kalasan memiliki ciri khas dalam hal bangunannya. Bentuknya persegi empat dengan sudut-sudutnya yang menonjol keluar, dihias dengan sangat indah, dan setiap sisinya memiliki pintu masuk ke kamar berukuran 3,5 meter persegi. Pada sisi keempat, yang menghadap ke timur, terdapat pintu masuk ke kamar terbesar yang berada di tengah-tengah bangunan. Di depan pintu masuk sebelah timur, terdapat dua patung raksasa yang duduk sambil memegang alat pukul dan ular. Di dalam kamar tengah yang besar ini, pada masa lalu terdapat patung Dewi Tara yang dipuja.

Struktur bangunan Candi Kalasan tempo dulu

Candi Kalasan memiliki ciri khas bangunan yang unik. Bangunannya berbentuk persegi empat dengan sudut-sudut menonjol keluar, dan dihias dengan sangat indah. Setiap sisinya memiliki pintu masuk ke kamar berukuran 3,5 meter persegi. Pintu masuk ke kamar terbesar terletak di sisi keempat yang menghadap ke timur dan terletak di tengah-tengah bangunan. Di depan pintu masuk sebelah timur, terdapat dua patung raksasa duduk memegang alat pukul dan ular. Pada masa lalu, patung Dewi Tara berada di dalam kamar tengah yang besar ini.

Candi ini berdiri di atas subasemen dengan luas 14,20 meter persegi yang merupakan dasar bagi kaki candi. Namun, sekarang sebagian dari subasemen tersebut rusak dan tertimbun tanah karena tanah di sekitarnya semakin tinggi. Di atas subasemen, candi melingkar pada umumnya. Terdapat empat tangga batu dari bawah menuju gang dan pintu gerbang yang masing-masing tangga dari gang menuju keempat kamar.

Struktur bangunan Candi Kalasan tempo dulu

Di sisi selatan dinding, di kanan dan kiri jalan masuk yang dihiasi dengan sangat indah, terdapat dua kamar-kamaran yang memuat gambar Bodhisatwa. Dalam kamar-kamaran ini, dinding-dinding sisinya kosong, barangkali dahulu berdiri patung Bodhisatwa, karena sekarang tinggal terlihat landasannya saja. Pada bagian atas badan candi, terdapat suatu dago yang menyerupai puncak candi Borobudur.

Denah candi Kalasan berbentuk silang Yunani dengan ruang dalam bersegi empat. Di atasnya semula terdapat jenis stupa yang dihias dengan pahatan-pahatan dan plester yang sekarang hanya tersisa sisa-sisanya. Hiasan seperti lengkung-lengkung kala makara dan penyungkup sebuah relung dengan hiasan kayangan dipahat sangat indah di Candi Kalasan.

Posting Komentar untuk "Candi Kalasan Tempo Dulu"