Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pabrik Gula Gondang Winangoen Klaten

PG Gondang Winangoen tempo dulu.


Salah satu pabrik yang didirikan selama fase kedua industri gula di Hindia Belanda adalah Pabrik Gula (PG) Gondang Winangoen. Lokasi pabrik ini berada di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, dengan wilayah administratif yang berbatasan dengan Desa Basin di utara, Desa Karangdukuh di timur, Desa Sumyang di selatan, dan Desa Kraguman di barat. Luas wilayah totalnya mencapai 117.6200 hektar, namun area yang digunakan untuk pabrik hanya seluas 15.4533 hektar. Dari sisi transportasi, Desa Plawikan terletak 0,15 kilometer di barat ibukota kecamatan, dan 5 kilometer dari ibukota kabupaten.

Didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschapij yang berbasis di Amsterdam, Belanda, Pabrik Gondang Winangoen saat ini dikelola oleh NV Mirandolle Vaut dan Co yang berlokasi di Semarang. Selain itu, NV tersebut juga mengelola Pabrik Gula Rendeng di Kudus, Pabrik Karung Goni Delanggu di Klaten, dan perkebunan Kalikempit di Jawa Timur.

Sistem manajemen perusahaan gula Belanda diatur dan dioperasikan dengan sistem Directie Administratie. Di perusahaan ini, direksi pusat memegang posisi kepemimpinan tertinggi dan mengawasi beberapa perkebunan dan pabrik gula, termasuk PG Gondang Winangoen yang berada di bawah kendali direksi pusat. 

Jalur kereta api di PG Gondang Winangoen


PG Gondang Winangoen dikelola oleh seorang Administratur, yang dibantu oleh sekitar 18 hingga 22 staf pegawai Belanda atau Indo-Belanda. Beberapa bidang tugas yang membantu Administratur dalam menjalankan tugasnya meliputi Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Akuntansi, Kepala Bagian Instalasi, dan Kepala Bagian Pengolahan.

PG Gondang Winangun memperoleh modalnya dari berbagai bank, termasuk Java Bank, Nederlands Indische Handelsbank, Koloniale Bank, dan sejumlah bank lainnya yang memiliki jaringan kantor di berbagai kota besar di Belanda. Selain itu, beberapa bank asing, seperti Chartered Bank di Inggris, juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan modal kepada perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia.

Alat produksi PG Gondang Winangoen tempo dulu


Wilayah operasi PG Gondang Winangoen mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya permintaan gula di pasar dunia dan kapasitas produksi. Pada tahun 1871, wilayah perkebunan hanya mencakup 292 bau atau sekitar 207,2 hektar. 

Namun, pada tahun 1919, wilayah tersebut berkembang menjadi sekitar 1201 bau atau 852,2 hektar karena permintaan gula yang semakin meningkat di pasar global. Pada masa tersebut, beberapa PG baru didirikan di Karisidenan Surakarta, yang kemungkinan membagi wilayah operasi. Perkembangan ini terjadi selama masa kejayaan gula di Jawa pada tahun 1889-1929, sebelum krisis Malaise mencapai puncaknya pada tahun 1930.

Kawasan PG Gondang Winangoen tempo dulu


PG Gondang Winangoen memperoleh bahan mentah untuk produksi gula dari perkebunan tebu yang dimilikinya. Pada tahun 1928, luas area perkebunan tebu PG Gondang Winangun mencapai 960,55 ha dan meningkat menjadi 992,79 ha pada tahun 1929 seiring dengan peningkatan produksi gula. Perkebunan tebu ini tersebar di beberapa wilayah di Klaten, seperti Djoton, Besaran, Gathak, Wonobojo, Banjoeseng, Mipitan, Kadiladjoe, Kergan, Gereh, Tambakkan, Ngorean, Soko, Teloek, Sawahan, Karangnongko, Karangtoeri, Kadilanggon, Karangasem, Wetan Patjing, Tegalsari, Djloembang, Kadibolo, Sragogede, Goemoelan, Ngemplak, Modjajan, dan Ngembel.

Tanaman tebu hanya dapat tumbuh di sawah, sehingga pada masa lalu, tanaman tebu ditanam bersama dengan tanaman padi. Namun, sawah untuk menanam tebu biasanya disewa dari masyarakat, sehingga diterapkan sistem sewa tanah untuk mendapatkan hak penggunaan sawah tersebut. 

PG Gondang Winangoen tempo dulu

Tanah yang disewa digunakan untuk menanam tebu selama 15 bulan, dan setelah 18 bulan, tanah tersebut dikembalikan kepada pemiliknya. Sepertiga tanah sawah di desa lain kemudian ditanami tebu, dan sistem ini terus berlanjut secara bergilir selama siklus tanam. Di beberapa desa, tanah digunakan untuk tiga jenis tanaman dalam siklus tiga tahun, dan sistem ini dikenal dengan sebutan sistem glebagan.

Masa giling PG Gondang Winangoen dimulai pada bulan Juni hingga November setiap tahun. Pada periode 1925-1929, masa gilingnya berlangsung selama lebih dari 125 hari, menunjukkan pasokan tebu yang melimpah dan tingginya produksi gula pada periode tersebut. 

Sejak didirikan pada 1860, PG Gondang Winangoen terus meningkatkan produksinya dari tahun ke tahun. Pada awal tahun 1925, produksi gula di PG Gondang Winangoen mencapai 1135 kwt/ha, dan terus meningkat menjadi 1153 kwt/ha di tahun berikutnya. Pada tahun 1927, produksi gula semakin meningkat pesat dan mencapai 1219 kwt/ha. Tahun berikutnya, produksi gula meningkat paling signifikan menjadi 1337 kwt/ha. Pada tahun 1929, yang merupakan masa keemasan bagi pabrik gula di Jawa, termasuk PG Gondang Winangoen, produksi gula mencapai 1380 kwt/ha. Namun, kemudian depresi ekonomi menyebabkan penurunan produksi gula secara drastis.

Posting Komentar untuk "Pabrik Gula Gondang Winangoen Klaten"