Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Filsafat Sejarah Spekulatif

 

Ilustrasi Filsafat Sejarah Spekulatif. Gambar: thefountaininstitute.com

Filsafat Sejarah SpekulatifFilsafat sejarah spekulatif mendasarkan pada filsafat alam, yakni jalannya (proses) peristiwa alamiah dengan memandang struktur alam dan riwayat kejadian dilihat secara keseluruhan. 

Maksudnya, memandang suatu peristiwa berdasarkan pada peristiwa alam, peristiwa yang terjadi disebabkan oleh faktor alam.

Filsafat alam digunakan untuk memandang proses sejarah secara keseluruhan. Keseluruhan yaitu dari awal sampai akhir atau kronologis. 

Dari sini kemudian dapat dimaknai bahwa filsafat sejarah spekulatif memiliki fungsi untuk mengeksplanasikan dan menginterpretasikan secara luas atas dasar proses sejarah (sejarah sebagai sebuah peristiwa) yang berdasarkan pada konsep alam.

Filsafat sejarah spekulatif akan menghasilkan struktur dasar dan kerangka keseluruhan proses sejarah. Sehingga dapat dilihat polanya, hukum, atau makna secara umum/keseluruhan yang dapat digunakan untuk memandang peristiwa yang lain/masa depan. 

Dengan filsafat sejarah nantinya akan ditemukan sebuah penggerak proses sejarah, seperti asas/hukum umum yang menguasai dan mengendalikan, arah dan muara, serta makna/arti proses sejarah.

Dalam filsafat sejarah, dasar interpretasinya bervariasi yang terdiri dari empiris, metafisik, dan religius. Empiris berdasar pada apa yang benar-benar dapat dilihat. 

Secara metafisik, tidak usah diamati namun dapat dirasakan atau seolah tidak terjangkau oleh akal manusia. Sedangkan religius, berdasarkan pada ilmu agama.

Pengetahuan Aposteriori dan Apriori

Aposteriori yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada pengamatan indrawi, dasarnya pada pengalaman dan pengamatan terhadap realitas. Pengetahuan dihasilkan dari proses pengalaman dan pengamatan secara langsung oleh indra pada sebuah realitas, atau dihasilkan melalui sebuah eksperimen.

Apriori merupakan pengetahuan dengan merenungkan atau kombinasi pengetahuan dan pengertian yang telah ada tanpa melakukan pengamatan langsung terhadap realitas (pengamatan dan kenyataan yang mendahului). 

Pengetahuan ditemukan melalui proses perenungan dengan bertanya dan berpikir tanpa harus melihat secara langsung dengan indra. Apriori juga didapat dari pengertian dan pengalaman yang telah ada atau dilakukan sebelumnya.

Sejarah menggunakan tidak bisa menggunakan pengetahuan aposteriori karena peristiwa masa lalu sudah terjadi dan tidak dapat langsung diamati secara empiris. Sejarah menggunakan apriori namun dengan tetap mengacu atau berdasar pada bukti berupa sumber sejarah seperti arsip, surat kabar, pelaku sejarah, saksi peristiwa, foto, dan dokumen.

Persoalan dalam Filsafat Sejarah Spekulatif

Filsafat sejarah spekulatif memandang sejarah seperti kejadian alam secara keseluruhan. Filsafat sejarah spekulatif yang memandang secara keseluruhan akan menghasilkan sumber penggerak, pola/irama/hukum umum, dan muara akhir yang dituju dari proses sejarah.

Pertama, dengan melihat suatu sejarah akan didapat sumber atau motor yang menggerakkan sejarah. Misalnya di masa kerajaan, yang menjadi motor penggerak adalah orang-orang besar. 

Kedua, selanjutnya akan ditemukan pola atau irama sebuah proses sejarah (siklus/linier/spiral). Terakhir akan diketahui muara akhir yang muncul dari sebuah proses sejarah. Misalnya Ibnu Khaldun berpendapat akhir sejarah adalah alam akhirat.

Ketiga hasil filsafat sejarah tersebut terangkum dalam gerak sejarah. Gerak sejarah adalah suatu alur yang menggambarkan bagaimana jalannya proses sejarah. 

Gerak sejarah berupa suatu pola kejadian dalam berbagai peristiwa kehidupan manusia. Sudah sejak lama bahwa sejarah dianalogikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari mengenai masa lalu.

Objek Filsafat Sejarah Spekulatif

Objek filsafat sejarah spekulatif ada dua, yakni yang bersifat formal dan material. Objek formal berupa peristiwa sejarah, yaitu peristiwa yang terpotong-potong, pada periode-periode, ritme-ritme, atau unit-unit peristiwa kecil. 

Sehingga, dalam penelitian sejarah ditentukan waktu, periode-periode, atau masa-masa tertentu. Sedangkan objek materialnya adalah keseluruhan proses sejarah dari masa ke masa. 

Untuk melihat objek material diperlukan untuk melihat objek formal terlebih dahulu. Sehingga, dalam filsafat sejarah spekulatif, antara objek formal dan material selalu terkait, karena untuk menghasilkan sejarah keseluruhan perlu melihat kejadian-kejadian kecil di dalamnya. 

Dalam hubungan atau kaitannya ini terbentuklah ritme atau periode-periode tertentu yang dapat ditentukan secara kecil, menengah, dan besar.

Posting Komentar untuk "Filsafat Sejarah Spekulatif"