Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sejarah Restorasi Meiji, Tonggak Awal Modernisasi

Sejarahkita.com, Sejarah Restorasi Meiji, Tonggak Awal Modernisasi - Jepang termasuk salah satu negara maju di dunia. Hal ini terbukti banyaknya teknologi serta inovasi-inovasinya yang membuat negara lain takjub dengan Jepang. Tidak bisa dipungkiri jika Jepang menjadi negara yang berpengaruh di dunia, bukan hanya dari bidang teknologinya saja tapi juga di bidang ekonomi, sosial, budaya serta politik. Banyak hal yang menarik pada Jepang, negara yang terkenal dengan budayanya yang masih dipegang teguh hingga era globalisasi. Berkembangnya jaman yang semakin modern, mendorong suatu negara juga ikut bergerak maju. Hal ini juga dilakukan oleh Jepang.

Dalam bidang ekonomi, Jepang dapat dikatakan sukses membangun perekonomiannya. Mulanya sebagai negara tertinggal karena penutupan diri dari pihak luar pada era kekuasaan Tokugawa, lalu melakukan pembaharuan pada restorasi Meiji, dan membuka diri pada dunia luar, Jepang sempat mengejutkan dunia dengan kemajuannya yang bisa dikatakan cukup cepat. Pasca kekalahannya pada perang dunia ke 2, pemerintah menjadikan perekonomian sebagai yang utama walaupun mereka kekurangan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya, namun didukung dengan karakter bangsa mereka yang dikenal ulet dan disiplin, akhirnya Jepang bisa menjadi negara yang perekonomian cukup maju di kawasan Asia dan bahkan di dunia.

“Berdasarkan situasi sumber daya alam yang sangat minim sedangkan keperluan energi sepenuhnya bergantung kepada luar negeri, maka perekonomian Jepang memusatkan diri pada sektor perdagangan luar negeri. Jepang memasarkan barang-barang hasil industrinya ke segenap negara di dunia. Barang-barang Jepang bahkan merajai pasaran Amerika dan Eropa Barat. Negara-negara tersebut terpaksa melakukan politik proteksi untuk melindungi industri nasional masing- masing negara, untuk membendung arus impor barang-barang Jepang yang selalu unggul dalam persaingan di negara-negara tersebut (Mangandaralam, 1993: 70-71).” 

Bukan hanya di bidang perekonomian saja, bidang pendidikan pun menjadi salah prioritas lainnya bagi pemerintah Jepang. Bermula dari rakyatnya yang buta aksara hingga menjadikan pendidikan harus dimiliki oleh setiap warga negaranya sejak Jepang menyadari bahwa mereka telah tertinggal jauh dengan bangsa barat karena menganut sistem politik isolasi atau yang dikenal juga politik sakoku selama lebih dari 250 tahun lamanya. Sadar akan ketertinggalannya, pemerintah Meiji selepas konflik antar pro asing dengan anti asing, mengirimkan pelajar-pelajarnya untuk belajar di negara barat dan diharapkan kembalinya mereka bisa menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan. Dan nyatanya itu berhasil hingga Jepang belajar bukan hanya akademisnya namun budaya serta sistem pemerintahan yang dilaksanakan di Cina, Jerman juga Amerika.

Melihat bukti perkembangan yang dialami oleh Jepang dalam sejarah negaranya berdiri, restorasi Meiji tak pernah hilang dari setiap ceritanya. Dalam hal ini, terbukti jika restorasi Meiji berpengaruh penting dalam sejarah Jepang. Kembali melihat kebelakang dalam sejarahnya, setidaknya usaha para pejuangpejuang yang telah gugur dalam pertempuran untuk menjadikan Jepang tetap maju bahkan pernah menjadi negara yang ditakuti oleh bangsa lainnya bisa terbayarkan dengan kejayaan Jepang pada perang dunia ke-II.

Mengambil ilmu dari negara lain serta memperlajarinya, Jepang dapat bangkit dengan sendirinya dan mulai menunjukkan dirinya pada bangsa luar. Hal itu juga tidak terlepas dari semangat bushido yang dianut para masyarakatnya dan juga semangat nasionalisme yang ada pada diri mereka. Kaisar Mutsuhito atau yang lebih dikenal kaisar Meiji saat itu mendeklarisasikan Sumpah Setia pada 6 April 1868 sebagai tanda bahwa pembaharuan di segala bidang akan dilakukan untuk menjadi Jepang maju.

Hasil dari belajar dari negara lain, dalam pendidikan Jepang meniru sistem pendidikan yang diterapkan di barat kemudian dalam bidang militer, Jepang meniru angkatan darat milik Amerika dan Perancis, dalam angkatan laut meniru pasukan milik Inggris, sehingga Jepang memiliki pasukan tentara nasional yang modern. Pemerintah Meiji saat itu memodernisasi militer Jepang dengan membeli peralatan militer dari negara barat hingga kemudian memproduksinya sendiri alat perangnya.

Akibat dari modernisasi dalam bidang militer, mengakibatkan penghapusan sistem tradisional yang sebelumnya dianut oleh Jepang, sehingga golongan samurai kehilangan wewenangnya dan tidak menerima atas modernisaasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, kemudian terjadilah pemberontakan Satsuma (1877). Mengakibatkan dilarangnya para samurai untuk membawa pedang kebanggaannya juga memicu terjadinya pemberontakan Satsuma.

Setelah berhasil mengatasi berbagai pemberontakan, Jepang mulai menghadapi permasalahan salah satunya adalah “ledakan” penduduk akibat kemajuan industri hingga menipisnya bahan baku untuk industri. Mengingat wilayah Jepang yang tidak terlalu besar sementara setelah perekonomian Jepang meningkat bersamaan dengan laju pertumbuhan pendudukan yang juga ikut meningkat. Maka dimulailah niatan Jepang untuk mengekspansi wilayah lain dengan tujuan mengurangi kepadatan yang mereka alami di negaranya sendiri, serta mencari sumber daya alam yang mereka butuhkan,namun niatan itu berubah menjadi sebuah paham yang akhirnya menjadikan mereka sebagai negara imperialis seperti halnya bangsa penjajah lainnya setelah percaya diri dengan kekuatan yang mereka bangun setelah restorasi Meiji.

Salah satunya Korea menjadi target Jepang yang pertama untuk dikuasai karena dianggap sebagai tempat yang strategis, namun Jepang harus menghadapi Cina sehingga terjadilah perang Jepang – Cina (1894-1895) dan Jepang mendapatkan kemenangan. Setelah merebut Korea, kemudian Jepang mengincar Manchuria dan harus berhadapan dengan Rusia sehingga terjadi perang Jepang – Rusia (1904-1905). Perang tersebut dimenangkan oleh Jepang (1904-1905). Berkat kemenangan itulah Jepang menjadi semakin percaya diri dan ambisius, telah berhasil menyamai kedudukannya dengan bangsa-bangsa barat lainya.

Jepang semakin meluaskan wilayahnya untuk dikuasai, dengan slogan hakko ichiu [八紘一宇] yang berarti delapan penjuru dunia berada di bawah satu atap dan Jepang sebagai pemimpinnya. Kawasan Asia menjadi target bagi Jepang untuk meluaskan wilayah kekuasaannya demi mencari bahan baku untuk kepentingan negaranya.

Latar Belakang Restorasi Meiji

Restorasi Meiji merupakan revolusi politik pada tahun 1868 yang meminta kekuasaan Keshogunan (pemerintahan militer) Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan negara terhadap pemerintahan kekaisaran di bawah Mutsuhito (Kaisar Meiji). Restorasi yang dimulai pada tahun 1868 ini membalikkan titik balik sejarah Jepang pada abad modern. Banyak sejarawan membandingkan ini dengan Revolusi Prancis 1789 dan Revolusi Bolshevik 1917 di Rusia. Para pemimpin Restorasi membuat langkah maju untuk membangun kekuatan nasional di bawah pemerintahan kapitalis dan dengan cepat mendorong Jepang menuju kekuatan regional dan dunia. Pada perkembangannya, Restorasi Meiji tahun 1868 kemudian berubah sebagai era perubahan besar bagi politik, ekonomi, dan sosial Jepang. Periode Meiji membawa modernisasi dan westernisasi di negara ini.

Sejak tahun 1603 Jepang berada dalam kekuasaan Keshogunan Tokugawa. Shogun memegang kekuasaan tertinggi negara, yang wewenangnya diberikan oleh kerajaan. Sementara kerajaan hanya memegang otoritas simbolis seperti kepausan di Eropa. Pada zaman ini, Kondisi Jepang sangat mengenaskan. Pemerintahan feodal dan tangan besi membawa Jepang ke masa kegelapan selama berabad-abad.

Hampir sama dengan negara-negara Asia, ekonomi jepang saat ini masih sangat tergantung pada pertanian dan hanya memiliki sedikit industri. Sektor ekonomi negara ini ditutup dengan perdagangan internasional dari 1636-1853 (hanya Belanda dan Cina yang diizinkan berdagang). Selain itu teknologi militer Jepang masih sangat terbelakang jika menggunakan teknologi Barat, sangat rentan menggunakan kolonialisasi.

Matthew C. Perry datang ke Jepang menggunakan kapal perang besar dengan persenjataan dan teknologi canggih pada tahun 1853. Orang Jepang tahu tentang mereka jauh jauh dari negara Barat. Mereka tidak siap untuk menjalankan usaha lokal agar lancar. Setelah acara itu, tokoh Jepang daimyo Shimazu Nariakira memutuskan “jika kita mengambil kesepakatan, kita bisa menentang, jika tidak, kita akan terlibat”, yang menyebabkan Jepang “membuka pintunya untuk teknologi asing.” Mulai saat itu Jepang mulai membuka untuk mengambil pengetahuan teknologi dari Barat. Akan tetapi menentukan pengaruh Barat akan menghasilkan pro-kontra di dalam lingkar penguasa Jepang sendiri.

Beberapa samurai mengungkapkan bahwa mereka menginginkan pengusiran orang asing tesebut. Beberapa yang lain menentukan apa yang bisa mereka peroleh dari orang asing dan mereka dalam posisi yang lebih baik untuk mengusir orang asing setelah mencari pengetahuan dari orang asing. Slogan mereka adalah “Etika Timur, Ilmu Pengetahuan Barat.” Satsuma dan Choshu yang merupakan kelompok setuju shogun pada persetujuan tidak setuju dengan kontribusi beberapa aspek dari Barat, namun mereka mengharapkan Jepang dapat membentuk kekuatan nasional yang lebih besar dan tidak mendukung pada negara-negara Barat. Mereka juga mengharapkan kedatangan seorang kaisar yang mampu membawa Jepang menjadi kekuatan yang disegani dunia.

Aliansi Satsuma / Choshu dan Perang Boshin 1868

Pada tahun 1866, daimyo dua wilayah Jepang selatan – Hisamitsu dari Satsuma Domain dan Kido Takayoshi dari Choshu Domain – membentuk sebuah persekutuan melawan Keshogunan Tokugawa yang telah terhubung dari Tokyo atas nama Kaisar sejak 1603. Pemimpin Satsuma dan Choshu berusaha untuk menggulingkan shogun Tokugawa dan menempatkan Kaisar Komei ke puncak kekuasaan. Melalui kaisar, mereka yang selamat bisa lebih efektif menghadapi tantangan. Namun, Komei meninggal pada bulan Januari 1867 dan melahirkan Mutsuhito yang masih tersisa 14 tahun naik ke takhta sebagai Kaisar Meiji pada tanggal 3 Februari 1867.

Pada tanggal 19 November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai shogun Tokugawa menerima belas. Pengunduran diri secara resmi mengalihkan kendali ke kaisar muda ini, namun shogun ini tidak melepaskan koordinasi dari Jepang dengan mudah. Ketika Meiji (dibor oleh penguasa Satsuma dan Choshu) mengeluarkan dekrit kembalian yang membubarkan rumah Tokugawa, shogun tidak punya pilihan selain menggunakan senjata untuk melawan kaisar. Ia mengirimkan tentara samurai ke kota kekaisaran Kyoto, berniat untuk menangkap dan menggulingkan kaisar.

Pada tanggal 27 Januari 1868, pasukan Yoshinobu membungkuk dengan samurai dari aliansi Satsuma / Choshu. Pertempuran Toba-Fushimi berlangsung empat hari berakhir dengan kekalahan yang serius untuk kubu. Perang berlanjut sampai bulan Mei 1869, namun pasukan kaisar dengan persenjataan dan perjuangan mereka lebih modern di atas angin sejak awal peperangan. Tokugawa Yoshinobu menyerahkan diri kepada Saigo Takamori dari Satsuma dan menyerahkan Istana Edo pada tanggal 11 April 1869. Beberapa samurai dan daimyo yang lebih bertempur selama satu bulan lagi di benteng-benteng di ujung utara negara tersebut, kendati demikian Restorasi Meiji telah tersedia agar dapat dibendung.

Kebijakan Restorasi Meiji dalam Berbagai Bidang

Kaisar Meiji (atau saran atas kemenangannya, para mantan daimyo dan oligarki) mulai mengubah Jepang menjadi negara modern yang kuat. Tujuan awal pemerintahan baru lahir dalam Piagam Sumpah (April 1868): (1) Pembentukan dewan luas di semua daerah, semua wadah penting dimusyawarahkan bersama. (2) Semua kalangan, atas dan bawah, harus bersatu dalam menjalankan urusan negara. (3) Rakyat biasa, begitu pula pejabat pusat dan militer, harus diizinkan untuk melakukan hal-hal yang diinginkan agar mereka tidak bosan. (4) Kebijakan lama yang buruk dikeluarkan dan semuanya dibiarkan berdasarkan hukum alam. (5) Pengetahuan harus dicari hingga ke dunia untuk disetujui fondasi menguasai kuasai.

Tindakan pertama, yang diambil pemerintahan baru pada tahun 1868 diambil ibukota kekaisaran dari Kyōto ke ibukota Keshogunan Edo yang dinamai Tokyo (“ibukota timur”). Reorganisasi administrasi sebagian besar diselesaikan pada tahun 1871, kompilasi wilayah-wilayah yang resmi dihapuskan dan diganti oleh sistem prefektur yang masih dapat bertahan sampai sekarang. Semua hak istimewa kelas feodal pun turut dibantukan.

Pada tahun 1871 sebuah pasukan nasional didirikan, yang kemudian diperkuat dua tahun kemudian oleh undang-undang wajib militer universal. Dalam usahanya memodernisasi militer dan angkatan laut, Meiji berkiblat ke Eropa barat. Delegasi pun dikirim untuk dijual kembali. Pada awalnya mereka tertarik menggunakan persenjataan Prancis, namun kemudian beralih ke Inggris karena disetujui lebih canggih. Pemerintah Meiji kemudian pergi ke Inggris untuk membeli kapal perang mereka. Sebagian besar kapal perang Kekaisaran Jepang pada periode awal ini berasal dari galangan kapal Inggris.

Di bidang ekonomi, pemerintah baru membuat kebijakan untuk menyatukan sistem moneter dan pajak. Dengan reformasi pajak pertanian tahun 1873 Membuat pertanian sebagai sumber pendapatan utama negara. Jepang juga mengembangkan pelabuhan-pelabuhannya menjadi pelabuhan modern, demikian juga dengan kapal-kapalnya. Kegiatan perdagangan mengalami kemajuan yang pesat dengan dukungan pendirian bank-bank yang memungkinkan orang meminjam uang untuk investasi.

Untuk menciptakan negara yang modern, Meiji dan para siswa yang mendukung sistem pendidikan yang sangat penting. Pada tahun 1871 sebuah kementerian pendidikan dirancang untuk melaksanakan reformasi pendidikan. Satu tahun kemudian pemerintah memperkenalkan sistem pendidikan universal di negara ini, yang pada awalnya mencontoh pada pembelajaran Barat. Baik pria atau wanita Jepang diberikan hak untuk mendapat pendidikan. Jepang juga menerapkan wajib belajar bagi seluruh generasi muda bangsanya. mereka dididik untuk memiliki rasa cinta kepada tanah air, semangat pantang menyerah dan berani mati (bushido), serta hormat dan tunduk terhadap Kaisar. Pemerintah Jepang juga memberikan banyak beasiswa bagi mahasiswa Jepang untuk menimba ilmu di Barat dan mendatangkan konsultan pendidikan dari Barat.

Perubahan revolusioner yang dilakukan oleh pemimpin restorasi, yang bertindak atas nama kaisar, menantang tantangan pada pertengahan tahun 1870-an. Samurai yang tidak puas dalam beberapa pemberontakan melawan pemerintah, pemberontakan yang paling terkenal dipimpin oleh mantan pahlawan pemulihan Saigō Takamori dari Satsuma.

Petani, yang tidak percaya pada rezim baru dan tidak puas dengan kebijakan agraria, juga mengambil bagian dalam pemberontakan yang mencapai puncaknya pada tahun 1880an. Pemberontakan-pemberontakan ini harus dipadamkan dengan susah payah oleh tentara yang baru dibentuk.

Pada periode yang sama, gerakan populer yang didukung oleh gerakan Barat yang liberal muncul. Para pendukung gerakan itu menyerukan pembentukan pemerintahan konstitusional dan partisipasi yang lebih luas melalui majelis deliberatif. Menanggapi tekanan tersebut, pemerintah mengeluarkan persetujuan pada tahun 1881 yang menjanjikan undang-undang pada tahun 1890. Pada tahun 1885 sebuah sistem kabinet dibuat dan dibuat untuk membentuk sebuah konstitusi pun dimulai pada tahun 1886. Akhirnya Konstitusi Meiji yang dipresentasikan sebagai hadiah dari kaisar kepada rakyat diundangkan pada tahun 1889. Kontistitusi ini membentuk bikameral, yang disebut (Teikoku Gikai) . Teikoku Gikai dipilih melalui voting terbatas. Pemilihan pertama diadakan pada tahun berikutnya, 1890.

Posting Komentar untuk "Sejarah Restorasi Meiji, Tonggak Awal Modernisasi"