Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Akhir Kisah Cinta Sang Paduka: Sunan Amangkurat I & Ratu Mas Malang



Oleh: Almas Hammam Firdaus

“Ada satu hal di dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan apa pun sekalipun engkau adalah seorang raja yaitu cinta”

Membahas tentang cinta memang tidak akan pernah ada habisnya karena pada hakikatnya manusia senantiasa ingin selalu mencintai dan dicintai, apalagi problematik manusia dalam mencintai sesuatu, selalu saja bermasalah sejak zaman dahulu.

Satu kisah sejarah dari bumi Mataram, seorang perempuan ayu yang pandai melagu. Nyai Truntum namanya, seorang pelantun langgam Jawa paling terkenal di bumi Mataram pada masanya. Ia merupakan putri dari seorang dalang wayang gedog bernama Ki Wayah. Suara cengkok nan merdu darinya selalu terdengar mengiringi pentas wayang yang dimainkan oleh suaminya sendiri.

Ki Dalang Panjang Mas/Ki Dalem, suami dari Nyai Truntum merupakan seorang dalang yang kondhang dan sangat piawai dalam memainkan tiap lakon dalam pewayangan. Kombinasi antara Ki Dalang Panjang Mas dan Nyai Truntum merupakan hiburan paling masyhur yang pantang untuk dilewatkan. Keduanya saling mengisi baik saat pertunjukan, maupun di luar panggung. Tak heran jikalau pasangan ini tampak serasi dan banyak membuat orang lain iri, tanpa terkecuali siapa pun pasti berhasrat untuk memiliki.

Dan benar terbukti, pesona Nyai Truntum pun merebak sampai ke telinga Sang Raja yaitu Sunan Amangkurat I yang terkenal sebagai raja yang kejam dan penuh nafsu. Saat itu, Sunan Amangkurat I sudah memiliki 43 selir dan seorang Ratu. Namun karena Sunan Amangkurat I orangnya penuh nafsu, terlebih kala beliau melihat langsung pesona kecantikan dan keanggunan Nyai Truntum yang membuatnya jatuh cinta. Tanpa peduli bahwa Nyai Truntum sudah bersuami dan sedang mengandung.

Rencana licik pun kemudian disusun. Dengan memanfaatkan profesi sang suami, Kerajaan Mataram pun akhirnya menggelar pesta besar-besaran dengan pentas wayang di dalamnya. Segala riuh keramaian di sana seolah tidak ada yang menyadari bahwa malam itu sekaligus akan menjadi awal dari petaka dan akhir hidup dari banyak orang.

Malam harinya, semua orang terlarut dalam pementasan epik Sang Dalang. Kisah yang dibawakan sukses menghipnotis banyak orang. Sampai pada akhirnya setelah pesta selesai diadakanlah jamuan makan. Namun apa yang terjadi, setelah makanan-makanan tersebut disantap ternyata satu-persatu personel wayang jatuh bertumbangan, termasuk Ki Dalang Panjang Mas. Semuanya terkapar tewas kecuali Nyai Truntum. Ternyata penyebabnya ialah makanan-makanan tersebut sudah diberi racun. Melihat hal tersebut Nyai Truntum pun merasa sangat sedih dan terpukul, ia tak percaya suami tercintanya harus tewas dengan cara yang mengenaskan, dalam hati kecilnya sebenarnya ia ingin melawan tapi ia sungguh tak berdaya.

Pasca kejadian tersebut akhirnya Nyai Truntum pun terpaksa menyanggupi permintaan Sunan Amangkurat I untuk menjadi istrinya, meskipun dalam hatinya ia tak mencintai Sang Sunan apalagi ia tengah mengandung buah hatinya dengan Ki Dalang Panjang Mas. Tapi sekali lagi ia tak kuasa untuk menolak pinangan Sang Sunan. Setelah menikah dengan Sunan Amangkurat I, Nyai Truntum tidak dijadikan selir, namun langsung dijadikan Ratu dengan gelar Gusti Kanjeng Ratu Wetan. Sungguh kekuatan cinta memang luar biasa, menikah dengan Ratu Wetan rupanya telah mengubah pribadi dari seorang Sunan Amangkurat I yang awalnya kejam dan berhati batu berubah menjadi seorang yang romantis dan penuh kasih. Oleh karenanya Ratu Wetan selalu mendapat tempat istimewa di istana Mataram lantaran Sunan Amangkurat I begitu menyayanginya apalagi pasca Ratu Wetan melahirkan.

Hal tersebut pun mengundang sikap yang kurang mengenakan dari 43 selir Sunan Amangkurat I. Mereka tentunya merasa marah dan kecewa kala cinta padukanya hanya terbagi kepada satu hati saja. Mereka menganggap Ratu Wetan itu adalah penghalang atau dalam bahasa Jawa disebut Malang, sehingga mereka menjulukinya Ratu Mas Malang. Kemudian ke 43 selir raja tersebut bersekongkol untuk membunuh Ratu Mas Malang dengan racun.

Nyawa Ratu Mas Malang pun terpaksa berakhir ditangan para selir tersebut. Berita duka ini pun membuat seisi Mataram gempar, tak terkecuali Sang Raja yang terlihat begitu terpukul. Amangkurat I sangat murka kala praduganya mengarah ke 43 selirnya yang kenyataannya membunuh Ratu Mas Malang. Karena tidak ada yang mau mengaku, maka para selir itu pun kemudian dikurung dalam satu ruangan tanpa sedikit pun diberi makanan. Dan yang terjadi satu persatu akhirnya mati.

Kemudian jasad Ratu Mas Malang dikebumikan di puncak bukit Gunung Kelir. Tapi petaka terjadi, pusara yang semulanya untuk mengubur jasad Ratu Mas Malang terus saja mengeluarkan air. Akhirnya Sunan Amangkurat I menunggu air di pusara makam surut. Saking cintanya dengan Ratu Mas Malang, ia rela tidur di samping jasad istrinya menanti air surut di pusara makam. Dan dalam tidurnya ia bermimpi pujaan hatinya yaitu Ratu Mas Malang hidup bahagia bersama Ki Dalang Panjang Mas. Pada saat terbangun, namun air dipusara makam belum kunjung surut, akhirnya ia sadar akan kesalahannya bahwa ada satu hal didunia ini yang tidak bisa dibeli dengan apa pun sekalipun engkau adalah seorang raja yaitu cinta. Akhirnya jasad Ratu Mas Malang yang semula akan dimakamkan di puncak bukit, akhirnya pindah dimakamkan di kaki bukit, di dekat makam suami pertamanya, Ki Dalang Panjang Mas beserta makam para niyaga, waranggana dan personel-personel wayang.

Sampai hari ini makam ini masih sering diziarahi oleh banyak orang terutama para dalang-dalang yang ingin sowan dan ngalap berkah. Bagi teman-teman yang ingin berkunjung silakan mengunjungi Situs Gunung Kelir/Situs Istana Antakapura (Istana Kematian) yang terletak di Gunung Sentono, Dusun Gunung Kelir, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Posting Komentar untuk "Akhir Kisah Cinta Sang Paduka: Sunan Amangkurat I & Ratu Mas Malang"