Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Filsafat Sejarah Kritis

 

Ilustrasi Filsafat Sejarah Kritis. Gambar: Pinterest.com

Filsafat Sejarah Kritis - Filsafat sejarah kritis muncul karena adanya kritikan terhadap filsafat sejarah spekulatif. 

Kritikan tersebut menganggap filsafat sejarah spekulatif terutama yang dihasilkan dari renungan-renungan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sebagai sebuah ilmu. Dari kritikan inilah muncul filsafat sejarah kritis. 

Filsafat sejarah spekulatif membahas sejarah seperti proses alam secara komprehensif, akan tetapi karena adanya aposteriori dan apriori membuat kebenarannya diragukan.

Filsafat sejarah spekulatif berfokus pada proses sejarah, sedangkan filsafat sejarah kritis berfokus pada bagaimana suatu sejarah dirangkai/disusun. Filsafat sejarah kritis menghasilkan historiografi, filsafat sejarah analitis, dan filsafat sejarah formal. 

Filsafat sejarah kritis membutuhkan sarana, metode, pemikiran-pemikiran, dan analisis untuk merekonstruksi masa lalu dengan cara yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. 

Filsafat sejarah kritis membahas mengenai bagaimana masa silam dapat direkonstruksi/dilukiskan secara ilmiah.

Objek Filsafat Sejarah Kritis

Objek filsafat sejarah kritis terdiri dari objek material dan formal. Objek material filsafat sejarah kritis adalah pemikiran ilmiah berupa pemikiran-pemikiran ilmiah bidang pengetahuan kesejarahan dan produk yang berupa karya tulis sejarawan. 

Dari produk tersebut kita dapat menilai apakah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau tidak.

Objek formal filsafat sejarah kritis yakni proses pemikiran dan penalaran hakikat ilmu sejarah serta pertanyaan konseptual dan epistemologi. 

Pertanyaan konseptual dan epistemologi mengarah pada tujuan suatu penelitian sejarah, klarifikasi sumber (heuristik), analisis (kritik), penafsiran (interpretasi),dan rekonstruksi masa lalu (historiografi). Tujuan suatu penelitian sejarah harus jelas sehingga dapat melanjutkan ke langkah berikutnya (heuristik sampai historiografi).

Asumsi Filsafat Sejarah Kritis

Pemikiran filsafat sejarah kritis tersebut didasarkan pada perkembangan ilmu-ilmu saat itu terutama ilmu-ilmu alam. 

Syarat dikatakan sebagai ilmu adalah pengalaman langsung (dapat diamati/dieksperimenkan). Dengan asumsi syarat ilmu tersebut maka muncullah pembelaan terhadap sejarah melalui filsafat sejarah kritis.

Bagaimana sejarah merekonstruksi masa lalu? Sejarawan perlu membuktikan sejauh mana diperoleh pengetahuan masa lalu yang benar. 

Jadi pengetahuan masa lalu yang direkonstruksikan dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga harus jelas sumbernya. 

Selanjutnya perlu dibuktikan bagaimana sifat masa lalu tersebut, apakah peristiwa rekayasa atau tidak. Sejarah tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan, diandalkan, dan bersifat kredibel untuk menjadi sebuah ilmu. 

Dari sini sebuah sejarah dapat melahirkan pendapat yang beraneka ragam mengenai kebenarannya, bahkan dapat menyangsikan karya sejarah teman sendiri.

Filsafat sejarah kritis menghasilkan pemikiran-pemikiran berikut.

1.    Aliran Skeptis, kesahihan pengetahuan sejarah disangsikan, karena pengetahuan masa lalu dianggap tidak sahih dan tidak bisa diamati. Dengan alasan setiap generasi mempunyai kebenaran sendiri-sendiri terhadap masa lalu. Karena sejarah dianalisis di masa kini. Fakta sejarah saat ini bisa jadi tidak benar bahkan bisa menyesatkan masa yang kemudian.

2.  Konstruktivisme, Pengetahuan masa lalu dapat dibenarkan asal didukung bukti historis (sumber terpercaya). Sehingga perlu dipastikan kredibilitas sumber-sumber sejarah yang digunakan.

3.     Re-enactmentisisme, mementaskan, memeragakan masa lalu, mengulang gagasan, pikiran, kejadian masa lalu. Sehingga dapat memperoleh pengetahuan masa lalu melalui paparan, penulisan sejarah pada masa kini. Dengan demikian, pengetahuan masa lalu dapat dipercaya, sahih, dan terandalkan.

4. Verifikasionisme, apabila didukung bukti sejarah maka pengetahuan sejarah masa lalu tidak disangsikan lagi keandalannya. 

Posting Komentar untuk "Filsafat Sejarah Kritis"